22 April 2009

Keteladanan pemimpin diperlukan

Masyarakat Indonesia menganut budaya paternalistik.Setiap ucapan, tindakan dan tingkah laku dari atasan, pemimpin atau orang yang lebih tua biasanya akan ditiru oleh anggota bawahannya. Budaya ini dapat dimanfaatkan untuk mengkampanyekan disiplin.
Seorang ayah yang membuang sampah secara sembarangan tentu akan ditiru oleh anak-anaknya. Seorang atasan jangan menyuruh bawahannya membuang sampah ditempat yang tersedia jika atasan itu dengan seenaknya membuang puntung rokok dilantai. Seorang atasan seharusnya malu menegur bawahannya yang terlambat apel pagi jika dia sendiri datang ke kantor pada jam delapan.

Kita ingat kisah Ratu Sima yang menerapkan hukuman potong tangan kepada setiap warganya yang ketahuan mencuri. Ratu Sima ternyata konsekwen. Ketika putranya yang sangat disayangi itu diduga melakukan pencurian maka Ratu Sima memotong tangan putranya.
Keteladanan pemimpin harus ditampakkan kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja. Sering kita dengar seorang pejabat yang baru dilantik serta merta membuat aturan-aturan baru yang harus ditaati oleh anggotanya. Pada awalnya sang pejabat rajin datang kekantor tepat waktu dan sering melakukan kontrol terhadap bawahannya. Namun lambat laun sang pejabat kembali kepada kebiasaannya semula yaitu datang ke kantor setelah jam delapan, ketika anak buahnya sudah melakukan tugasnya. Tentu saja keteladanan sementara seperti ini tidak layak didemonstrasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar