23 April 2009

Asibidibam- siapa yang terlibat dalam masalah disiplin ?

Ada banyak pihak yang terlibat langsung dalam masalah disiplin.

1. Setiap individu. Setiap pribadi-pribadi tentu harus memiliki disiplin pribadi yang baik agar kehidupan pribadinya menjadi tertib. Disiplin pribadi yang baik akan menjadi modal utama bagi terwujudnya disiplin dalam keluarga dan berturut-turut akan berpengaruh terhadap terwujudnya disiplin nasional.

2. Orang tua. Orang tua selain harus memiliki disiplin pribadi yang baik juga berperan sebagai pembina dan pengawas disiplin dilingkungan keluarganya. Mustahil orang tua dapat melakukan peran tersebut jika diri mereka sendiri tidak disiplin.

3. Pimpinan. Setiap pimpinan instansi baik dilingkungan sekolah, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja pada hakekatnya adalah pembina dan pengawas disiplin bagi individu yang ada dalam lingkungannya. Seorang kepala sekolah, rektor dengan dibantu para staf dan para guru/ dosen wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap murid-murid/ mahasiswanya.

Dilingkungan TNI dan Polri ada para komandan yang mempunyai peran sebagai pemimpin, guru dan sekaligus bagi bapak. Mereka dengan dibantu oleh staf terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap anggota bawahannya. Selain itu para komandan juga dibantu oleh badan khusus yang membidangi pengawasan dan penegakan disiplin dan tata tertib misalnya Inspektorat Jenderal/ Inspektorat, Polisi Militer dan Provoost Satuan.

Ada juga instansi yang mempunyai organ khusus semacam Badan Kehormatan yang bertugas menjamin bahwa displin karyawan atau anggota instansi bersangkutan tetap terpelihara dengan baik.

22 April 2009

Asibidibam : Apa itu disiplin ?

Apa sebenarnya pengertian atau definisi disiplin itu ??
Banyak definisi tentang disiplin. Pada hakekatnya disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum, undang-undang, peraturan,ketentuan dan norma-norma yang berlaku dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati bahwa memang demikianlah seharusnya. Disini kalimat kesadaran dan keikhlasan amat sangat ditekankan. Hal ini penting agar kepatuhan dan ketaatan itu dilakukan bukan karena keterpaksaan. Ketaatan dan kepatuhan karena terpaksa akan menjadikan manusia hanya taat dan patuh ketika ada pengawasan. Begitu tidak ada yang mengawasi maka disiplinnya luntur dan lama-lama hilang.

Namun demikian, pada kelompok masyarakat tertentu disiplin harus benar-benar dibina, diawasi dan ditegakkan secara ketat karena jenis dan sifat tugas yang dihadapinya. Tuntutan disiplin bagi karyawan swasta, pegawai negeri tentu berbeda dengan anggota TNI dan Polri karena anggota TNI dan Polri adalah manusia yang sudah dilatih dan dipersenjatai. Alangkah berbahayanya jika mereka tidak disiplin.
Demikian pula tuntutan disiplin bagi wirausaha yang bekerjanya tidak tergantung kepada kekuasaan orang lain juga akan berbeda.

Terlepas dari hal-hal yang sudah dikemukakan diatas disiplin tetap diperlukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena disiplin pribadi sangat diperlukan.

Dalam pengertian diatas juga dimasukkan kata norma. Disini termasuk norma agama dan norma adat serta norma-norma yang lain yang juga mengikat manusia sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.

Pengawasan dan penegakan

Gerakan Disiplin Nasional menggunakan metode edukatif ,persuasif, kuratif, represif. Dengan metode kombinasi seperti ini maka masyarakat tidak hanya diminta kesadarannya tetapi juga perlu diawasi dan ada unsur yang menegakkannya khususnya ketaatannya terhadap norma hukum dan peraturan yang mengikat.

Pelanggaran lalu lintas misalnya harus dikenakan sangsi sesuai dengan bobot pelanggarannya.Jika tidak maka pelanggaran lalu lintas itu betatapun ringannya akan menjadi terbiasa dan dianggap benar oleh pelanggarnya.

Disinilah peran aparat pemerintah. Sayangnya masih ada aparat yang nakal yang tidak berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Kita tidak boleh menutup mata bahwa masih ada aparat, khususnya aparat penegak hukum yang memanfatkan tugas dan jabatannya untuk memperoleh keuntungan pribadi. Kasus-kasus denda damai di jalan raya masih sering dijumpai dan bukan lagi menjadi rahasia umum. Celakanya, masyarakat yang melakukan pelanggaran lalu lintas walaupun agakmerasa berat lebih menyukai penyelesaian ditempat daripada harus berurusan dengan pengadilan yang memakan waktu, tenaga dan sekaligus biaya. Akibatnya pelanggaran demi pelanggaran seakan tak kunjung berhenti. Operasi Tertib yang pernah digelar oleh Laksamana Sudomo kala itu juga sudah lama hilang gemanya. Pungutan liar kambuh lagi, baik secara terang-terangan, tersamar maupun tersembunyi. Penyebabnya hanya satu yaitu sama-sama membutuhkan. Fihak aparat membutuhkan tambahan gaji dan anggota masyarakat membutuhkan rasa aman dan pelayanan cepat dan tidak dipersulit dalam menyelesaikan urusannya. Mata rantai dalam lingkaran setan inilah yang harus diputus oleh semua fihak, baik oleh atasan dari aparat maupun oleh anggota masyarakat itu sendiri.

Ide pembentukan Kader Penegak Disiplin sebenarnya sangat bagus. Namun dilapangan para Kader Penegak Disiplin ini kelihatan tidak berdaya menghadapi situasi yang berkembang dalam masyarakat. Mereka yang ditempatkan di jalan raya tidak mampu menghadapi ulah para pengemudi , khususnya para pengemudi angkutan kota. Seragam dengan rompi dan tutup kepala berlogo dan bertuliskan Kader Penegak Disiplin tidak cukup mampu menjadikan mereka berwibawa.

Dalam setiap kegiatan apapun, pengawasan mutlak diperlukan agar kegiatan itu dapat terlaksana sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan secara terus menerus dan berjenjang. Dilingkungan pemerintah, pengawasan dilakukan mulai dari tingkat RT sampai Presiden. Dillingkungan TNI/Polri, pengawasan dilakukan oleh Komandan Regu sampai Panglima TNI/ Kapolri dan dibantu oleh para staf dan aparat inspektorat.Dilingkungan Departemen pengawasan dilakukan oleh para Pembantu Kasi sampai ke Menteri. Artinya pengawasan dilakukan oleh para atasan dari yang paling rendah pangkat atau golongannya sampai ke tingkat yang paling tinggi dari instansi setempat, baik instansi pemerintah maupun swasta.

Dilingkungan masyarakat pelaksanaan pengawasan juga dapat melibatkan para pimpinan non formal, tokoh masyarakat , tokoh agama dan para pendidik .Dan karena disiplin dimulai dari rumah maka pengawasan para orang tua juga sangat penting.

Selain pengawasan, penegakan juga harus dilaksanakan guna menjamin agar hukum, peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan dan disepakati dipatuhi dan dilaksanakan. Pelanggaran terhadap hukum,peraturan dan norma harus diberi sangsi yang sepadan dengan kesalahannya. Sangsi ini berfungsi sebagai alat penyadar dan sekaligus menimbulkan effek jera.
Namun yang lebih penting dari semuanya itu, para pengawas dan penegak displin pertama-tama harus segera menghentikan pelanggaran yang terjadi.

Keteladanan pemimpin diperlukan

Masyarakat Indonesia menganut budaya paternalistik.Setiap ucapan, tindakan dan tingkah laku dari atasan, pemimpin atau orang yang lebih tua biasanya akan ditiru oleh anggota bawahannya. Budaya ini dapat dimanfaatkan untuk mengkampanyekan disiplin.
Seorang ayah yang membuang sampah secara sembarangan tentu akan ditiru oleh anak-anaknya. Seorang atasan jangan menyuruh bawahannya membuang sampah ditempat yang tersedia jika atasan itu dengan seenaknya membuang puntung rokok dilantai. Seorang atasan seharusnya malu menegur bawahannya yang terlambat apel pagi jika dia sendiri datang ke kantor pada jam delapan.

Kita ingat kisah Ratu Sima yang menerapkan hukuman potong tangan kepada setiap warganya yang ketahuan mencuri. Ratu Sima ternyata konsekwen. Ketika putranya yang sangat disayangi itu diduga melakukan pencurian maka Ratu Sima memotong tangan putranya.
Keteladanan pemimpin harus ditampakkan kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja. Sering kita dengar seorang pejabat yang baru dilantik serta merta membuat aturan-aturan baru yang harus ditaati oleh anggotanya. Pada awalnya sang pejabat rajin datang kekantor tepat waktu dan sering melakukan kontrol terhadap bawahannya. Namun lambat laun sang pejabat kembali kepada kebiasaannya semula yaitu datang ke kantor setelah jam delapan, ketika anak buahnya sudah melakukan tugasnya. Tentu saja keteladanan sementara seperti ini tidak layak didemonstrasikan.

Displin bukan hanya milik tentara

Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa disiplin hanya merupakan domain dari anggota atau kesatuan militer. Sesuai kodratnya, setiap individu menginginkan kebebasan. Sementara disiplin dianggap merupakan bentuk pengekangan terhadap kebebasan. Anggapan ini tentu tidak benar karena disiplin diperlukan bagi siapa saja , dimana saja dan untuk kepentingan apa saja. Dalam kehidupan pribadi sekalipun disiplin sangat di perlukan. Seseorang yang tidak disiplin dalam pola makan dan tidur misalnya, akan gampang terserang penyakit.

Disinilah perlunya kampanye disiplin. Kampanye disiplin yang dilakukan secara terus-menerus dapat merubah seseorang yang semula tidak suka menjadi suka, yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang semula tidak sadar akan menjadi sadar. Kampanye harus dilakukan dengan cara memberitahu apa yang akan masyarakat dapatkan dan bukan apa yang pemerintah inginkan. Hal ini sangat penting karena pada umumnya masyarakat Indonesia gampang curiga terhadap apa-apa yang dilakukan atau berasal dari pemerintah. Kita masih ingat ketika pertama kali penggunaan helm pengaman dicetuskan. Masyarakat otomatis memprotesnya. Mereka mengira kewajiban menggunakan helm bagi pengendara sepeda motor merupakan upaya pemerintah untuk melariskan dagangan helm dari pengusaha tertentu. Tetapi setelah masyarakat mengetahui manfaat penggunaan helm maka secara bertahap mereka mematuhi ketentuan itu.

Kampanye secara terus menerus ibarat tetesan air yang jatuh disebongkah batu yang keras. Dengan tetesan air secara terus menerus maka batu itu akhirnya berlubang juga.
Kampanye disiplin dapat dilakukan melalui berbagai media, khususnya yang sangat dekat dengan masyarakat misalnya melalui siaran televisi.

Perbarui tekad dan semangat

Gerakan Disiplin Nasional sudah dicanangkan. Buku tentang Gerakan Disiplin Nasional dan berbagai petunjuk, pedoman sudah dibuat. Yang harus segera dilakukan sekarang adalah memperbaharui tekad, semangat dan menjadikan Gerakan Disiplin Nasional sebagai gerakan bersama seluruh bangsa Indonesia. Kita tak perlu menunggu lagi dibuat kelompok Kerja, Panitia, Komite, Badan atau Lembaga baru untuk menyusun pedoman, petunjuk dan segala macam yang berbau kertas. Kata-kata revitalisasi,refungsionalisasi,restrukturisasi,redifinisi dan lain sebagainya tidak dibutuhkan lagi. Yang lebih penting adalah bekerja keras disertai kesadaran yang mendalam untuk segera membangkitkan bangsa ini.

Kapan dimulai ? Tidak perlu menunggu saat-saat monumental misalnya dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Lingkungan Hidup , Hari Bebas Tembakau Sedunia atau Hari Anti Madat Sedunia. Tidak perlu menunggu Tahun Baru, Tahun Anggaran Baru atau Tahun Ajaran Baru. Juga tidak perlu menunggu turunnya anggaran baru atau selesainya kantor sekretariat baru atau adanya ruang Posko Baru.

Mari kita lakukan sekarang juga !! Siapa yang mulai ?? Semua warga negara. Siapa yang menggerakkannya ?? Hati nurani kita semua. Darimana dimulainya ?? dari setiap individu, melebar ke rumah tangga, lingkungan RT, RW, Kecamatan, kabupaten, Propinsi dan keseluruh wilayah tanah air. Bagaimana anggarannya ? Tidak perlu anggaran karena yang dibutuhkan hanya tekad dan semangat.

Srobotlah lampu merah kau kutabrak

Kesadaran untuk mentaati peraturan lalu lintas tidak perlu proses pemikiran yang panjang. Jika lampu pengatur lalu lintas sudah menyala warna merah berarti semua kendaraan dari arah itu harus berhenti. Tidak perlu diperdebatkan dan juga tidak perlu modal. Yang diperlukan hanyalah kemauan untuk berhenti disertai kesadaran bahwa jika melanggar lampu merah maka kemungkinan akan terjadi kecelakaan lalu lintas sangat besar. Lebih dari itu jika lampu pengatur lampu lalu lintas diabaikan maka yang terjadi adalah kemacetan lalu lintas.

Selama ini banyak pakar yang mengatakan bahwa penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas disebabkan karena jumlah kendaraan tidak sebanding dengan panjang ruas jalan. Pendapat itu memang benar. Tetapi perilaku pengguna jalanpun harus ikut dihitung sebagai penyebabnya. Lihat saja konsep “ Three in One “ yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan raya. Pemilik kendaraan lebih cerdik. Mereka memanfaatkan joki yang menawarkan jasanya untuk melengkapi kekurangan penumpangnya . Para pengemudi juga lebih senang memilih bepergian setelah jam 10.00 yaitu masa berakhirnya konsep three in one itu atau mencari jalan-jalan alternatif. Dengan demikian apa yang ingin dicapai oleh konsep itu tidak sepenuhnya terpenuhi.

Jika membuat jalan raya memakan waktu yang cukup lama maka kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas yang tidak memerlukan waktu dan biaya kiranya bisa membantu menghilangkan salah satu penyebab kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas itu.
Rasanya tidak adil jika dengan alasan untuk mengejar setoran lalu pengemudi angkutan kota berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang disebuah tikungan jalan atau ditempat yang ada rambu larangan untuk berhenti. Juga tidak etis jika dengan alasan untuk mengejar waktu seorang pengemudi menerobos palang pintu kereta api sehingga mengakibatkan tabrakan maut. Juga tidak ada untungnya seseorang begitu menyayangi rambutnya sehingga ia tidak mau memakai helm pengaman ketika mengendarai sepeda motornya yang akhirnya kepalanya cedera ketika ia jatuh dari sepeda motornya.

Tampaknya peringatan “ Taati rambu lalu lintas tanpa kehadiran petugas “ hanya menjadi slogan kosong belaka karena pelanggaran demi pelanggaran masih terjadi setiap saat dan disemua tempat. Mereka mentaati peraturan lalu lintas karena takut kepada petugas, bukan karena kesadaran mereka sendiri.

Harpitnas

Masalah budaya kerja juga senada-seirama. Jam karet masih masih diketemukan. Kita kadang sulit untuk menghubungi atau menemui pegawai suatu kantor pada jam 09.00 karena mereka belum datang dan ketika menghubungi lagi jam 14.00 mereka sudah keluar kantor. Rapat sering molor dari jadwal karena berbagai hal.

Pemanfaatan “Hari Kejepit Nasional atau Harpitnas “ sudah bukan rahasia lagi. Kita jangan berarap banyak untuk melakukan transaksi atau menyelesaikan urusan pada hari itu. Kitapun dipaksa memaklumi jika seminggu sebelum Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal kantor-kantor pemerintah menjadi sunyi seolah tak berpenghuni karena para pegawai sedang sibuk mempersiapkan hari bahagia itu. Dan jika seminggu setelahnya kantor-kantor masih juga sepi maka kitapun juga dipaksa untuk menyadari karena para pegawai masih kelelahan usai merayakan hari istimewa yang hanya berlangsung sekali setahun itu.

Untunglah pemerintah segera menyadari hal ini. Kini pemerintah membuat kebijakan untuk menghilangkan hari kejepit iyu dengan menggesernya mendekati hari libur resmi. Jika hari Kamis merupakan hari libur maka pemerintah mengganti hari libur itu ke hari Jum,at dan hari kamis masuk kerja seperti biasa. Demikian pula jika libur itu jatuh pada hari Selasa pemerintah menggesernya ke hari Senin. Dengan kebijaksanaan ini maka diperoleh keuntungan ganda. Disatu fihak masyarakat dapat menikmati hari libur lebih panjang dan di fihak pemerintah tidak ada lagi karyawan yang mangkir memanfaatkan hari kejepit.

Karyawan yang keluar kantor dan berkeliaran di mall, pasar dan tempat-tempat lain juga tidak sedikit. Operasi yang dilaksanakan oleh Polisi Pamong Praja secara insidentil tetap belum bisa mengurangi karyawan yang mangkir.

21 April 2009

Sampahmu tanggung jawabmu

Tahun pertama Gerakan Disiplin Nasional diprioritaskan untuk memantapkan budaya tertib, budaya bersih dan budaya kerja. Dari hasil pengamatan, tahun pertama itu hasilnya belum tampak.

Budaya bersih juga belum tertanam di hati masyarakat. Gerakan Jum’at Bersih hanya bergema beberapa bulan, setelah itu lenyap, sepi. Pengumuman berbunyi ” Dilarang buang sampah sembarangan ” yang dipasang diberbagai tempat plus kotak sampah lebih banyak nganggur. Masyarakat lebih senang membuang sampah ditempat. Lihatlah Monas, sampah masih berserakan sisa orang-orang yang merokok, makan nasi bungkus, botol air menieral.
Mungkin mereka beranggapan ” Itu kan jatahnya Petugas Kebersihan.

Tetapi rasanya tidak adil kalau kita hanya melihat ketidak berhasilan suatu gerakan karena segi positifnya pasti sudah ada.
Sebuah perkampungan diwilayah Cilandak Barat , Jakarta Selatan dinilai oleh Unesco sebagai kawasan yang ramah lingkungan. Perkampungan ini memang tergolong bersih. Jalan yang ada diwilayah itu bebas dari sampah karena warganya rajin membuangnya ditempat yang telah disediakan. Jika ada sampah yang tercecer di jalan sudah dipastikan bahwa sampah itu berasal dari pendatang. Warganyapun memanfaatkan pekarangannya dengan menanam toga ( tumbuhan obat keluarga) Alhasil kampung itu menjadi teladan bagi kampung-kampung lainnya.

Warga kampung Banjarsari- Cilandak Barat itu barangkali ada yang belum pernah mendengar kampanye Gerakan Disiplin Nasional. Tetapi mereka mempunyai keinginan yang baik untuk hidup sehat ,bersih dan adanya kesadaran tentang bahaya banjir yang setiap saat mengancam mereka. Membuang sampah ditempat yang tepat adalah pekerjaan remeh, sepele dan sederhana. Tak perlu dibuat definisi yang panjang lebar. Yang diperlukan hanya kemauan.

Entry point : dari diri pribadi

Kita tentu sudah mengenal sebuah cerita tentang seorang pemuda yang masih bebas dan imajinasinya mengembara tanpa batas yang bercita-cita untuk mengubah dunia. Tatkala ia menjadi semakin tua dan bijaksana ia menyadari bahwa dunia tak akan bisa berubah. Oleh karena itu ia memendekkan sasarannya dan memutuskan untuk mengubah negerinya saja. Namun cita-cita inipun kandas di tengah jalan. Manakala ia makin jauh mengarungi masa tuanya maka ia bertekad untuk mengubah keluarganya , mereka yang mempunyai hubungan terdekat dengannya. Lagi-lagi tekadnya itu tak membuahkan hasil. Keluarganyapun tak bisa dirubahnya. Akhirnya, ketika ia terbaring di ranjang menunggu kematiannya, ia lalu menyadari bahwa seandainya dulu ia mengubah dirinya sendiri melalui teladan-teladan, barangkali ia akan bisa mengubah keluarganya. Selanjutnya dari inspirasi dan dorongan serta dukungan mereka barangkali ia bisa merubah negerinya dan siapa tahu ia mungkin bahkan mampu merubah dunia.

Disiplin Nasional juga tidak bisa tumbuh sendiri. Disiplin Nasional lahir dari disiplin pribadi, disiplin kelompok, disiplin golongan dan disiplin masyarakat. Semuanya itu harus ditumbuhkan, dipelihara dan ditegakkan secara lurus oleh kita sendiri. Pelaku Gerakan Disiplin Nasional adalah masyarakat sendiri sedangkan aparat pemerintah hanya membantu kemudahannya saja. Disiplin pribadi harus menjadi sikap batin, kebiasaan dan kebutuhan hidup masyarakat itu sendiri. Kondisi ini hanya akan bisa dicapai apabila masyarakat merasakan manfaatnya.

Dalam kasus banjir di Jakarta misalnya, banyak pakar dan pengamat yang mengatakan bahwa diantara penyebab bencana alam itu adalah budaya membuang sampah secara sembarangan ke selokan dan sungai, penebangan hutan secara liar dan pendirian rumah-rumah liar di bantaran sungai. Bebeberapa saat setelah banjir usai masyarakat dengan tertib membuanh sampah ditempat yang disediakan. Namun itu hanya bertahanan beberapa bulan saja. Kini kita lihat disungai tampak bertebaran lagi sampah-sampah yang siap menyongsong banjir di musim hujan nanti. Begitu berulang-ulang setiap tahun. Disiplin membuang sampah hanya bersifat musiman.
Kasus serupa juga terjadi di kawasan Monas. Pada pagi hari kita bisa melihat onggokan dan sebaran sampah di berbagai tempat yang merupakan pekerjaan masyarakat pada malam hari sebelumnya.

Padahal tempat sampah telah disiapkan, namun masyarakat enggan melakukannya.
Mereka barangkali berpendapat bahwa petugas kebersihanlah yang bertanggung jawab untuk membereskan sampah-sampah yang mereka tinggalkan karena memang para petugas digaji untuk itu. Papan bertuliskan “ Buanglah sampah pada tempatnya !!” seolah hanya hiasan tanpa makna dan tak mampu menyentuh kesadaran masyarakat.
Dalam kasus lain, misalnya kemacetan lalu lintas, para pengguna jalan kurang kesabarannya untuk antri. Mereka lebih senang berjalan berkelok-kelok untuk mencari celah. Bahkan sering terjadi ruas jalan yang hanya terdiri dari dua atau tiga jalur dijejali oleh empat kendaraan. Akibatnya kendaraan yang datang dari arah berlawanan terhenti dan kemacetan semakin menjadi-jadi.
Jika kita ungkap satu persatu perilaku individu yang tidak disiplin maka akan menjadi sebuah deretan panjang karena terjadi hampir disemua lini kehidupan.

Maksud dan tujuan Gerakan Disiplin Nasional

Disiplin Nasional pada hahekatnya adalah berfikir tertib, bersikap tertib dan bertingkah laku tertib. Ketertiban merupakan merupakan dasar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tertib. Ketertiban merupakan dasatr bagi rasa tenteram dan sejahtera. Ketertiban juga merupakan ciri dan dasar dari masyarakat yang modern dan maju.

Maksud Gerakan Disiplin Nasional adalah agar pembinaan disiplin nasional dapat dipicu dan dipacu secara terpadu, serentak dan komprehensif, untuk mendukung upaya peningkatan pemahaman,penghayatan dan pengamalan segenap hukum dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara oleh penyelenggara negara dan setiap individu anggota masyarakat Indonesia. Sedangkan tujuannya adalah untuk menjadikan disiplin nasional sebagai faktor penunjang pembangunan nasional.

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa setiap individu warga negara merupakan subyek atau pelaku Gerakan Displin Nasional dan bukan hanya sekedar sebagai obyek.
Sedangkan Penyelenggara Negara selain sebagai perencana, pengarah,penegak dan pengawas gerakan ini juga sebagai pelaku dalam kapasitasnya sebagai individu warga negara.
Ini harus difahami benar oleh setiap individu agar keikut sertaan mereka dalam menyukseskan gerakan ini bukan semata-mata berdasarkan perintah,instruksi atau karena terpaksa ; tetapi merupakan kesadaran mereka sendiri yang berlandaskan keikhlasan dan pemahaman yang benar tentang arti pentingnya Gerakan Disiplin Nasional ini. Tanpa adanya kesadaran ,keikhlasan dan pemahaman tersebut maka gerakan ini akan layu sebelum berkembang.

Pentingnya Gerakan Disiplin Nasional

Gerakan Disiplin Nasional yang dicanangkan oleh Pemerintah pada tanggal 20 Mei 1995 kini sudah berusia 14 tahun. Saat pencanangan gerakan itu pemerintah mengajak masyarakat untuk memulai gerakan ini dari kegiatan sehari-hari misalnya mematuhi rambu-rambu lalu lintas , membuang sampah pada tempatnya, antri, mematuhi jam kerja dan lain sebagainya. Suatu ajakan yang sangat sederhana, tidak muluk-muluk dan mudah dilaksanakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Suatu ajakan yang apabila dilaksanakan bukan saja akan bermanfaat bagi anggota masyarakat itu sendiri tetapi juga membawa dampak yang sangat positif bagi bangsa yang sedang membangun ini.

Namun secara jujur harus kita akui bahwa gerakan yang sangat mulia ini hasilnya belum menggembirakan. Kita tidak perlu mencari bukti yang jauh-jauh dan sukar untuk menemukan berbagai perilaku masyarakat yang tidak sejalan dengan hakekat dan tujuan Gerakan Disiplin Nasional itu. Berbagai pelanggaran lalu lintas merupakan pemandangan umum yang kita saksikan setiap hari. Masyarakat juga lebih senang mengumpat dan menggerutu apabila terjebak dalam kemacetan lalu lintas daripada harus antri secara tertib. Dalam hal membuang sampah juga tak jauh berbeda. Ketika membuang sampah , masyarakat seolah lupa akan bencana banjir yang baru saja menerpanya. Masih banyak lagi contoh-contoh tentang ketidak tertiban masyarakat yang merupakan ketidak pedulian terhadap Gerakan Dispilin Nasional. Barangkali mereka beranggapan bahwa Gerakan Disiplin adalah merupakan gerakan pemerintah yang oleh karenanya menjadi tugas aparat pemerintah untuk melaksanakan dan menyukseskannya.

Tampaknya perlu menyegarkan kembali ingatan kita tentang arti penting Gerakan Disipin Nasional dan disiplin itu terlebih dahulu agar tidak terjadi pemahaman yang keliru sehingga gerakan ini dapat diterima oleh masyarakat secara sadar dan ikhlas.

Prakata

Seorang pendengar menyampaikan komentar tentang disiplin yang saat itu sedang menjadi topik pembahasan disebuah radio di Surabaya.
” Saya tidak setuju adanya displin karena disiplin hanya akan menjadikan manusia seperti robot ”.

Laki-laki itu tampaknya belum mengeri arti dan hakekat displin sehingga dia mengartikan disiplin secara sempit. Mungkin dia pernah menyaksikan sekelompok manusia yang serentak berteriak ” Siap ” begitu mendengar atasannya memerintahkan sesuatu.

Setiap gerak langkah kita didunia ini sesungguhnya memerlukan disiplin. Seseorang bisa mati jika dia tidak disiplin dijalan raya. Korban sudah berjatuhan karena kendaraannya tertabrak kereta api. Mengapa ?? Karena dia tidak disiplin terhadap rambu-rambu lalu lintas. Dia bersama beberapa orang yang tidak disiplin tetap nekat menerobos palang pintu kereta api yang sudah separuh ditutup. Akibat berebut menerobos palang pintu kereta api maka terjadi kemacetan diatas rel dan...kereta api yang tidak mungkin di rem secara mendadak langsung melibas siapa saja yang masih berada diatas rel. Kejadian seperti itu masih berulang-ulang terjadi.

Seseorang juga bisa mati karena tidak disiplin minum obat dalam arti kata malas minum obat atau minum obat berlebihan sehingga over dosis. Nasihat dokter dan ketentuan minum obat yang tertulis di resep tidak diindahkannya sehingga berakibat fatal.

Tentu masih banyak contoh apa akibat yang bisa timbul jika manusia tidak displin. Di blog ini akan dibahas secara singkat dalam kemasan bahasa sederhana.

Komentar anda tentu sangat saya harapkan untuk lebih memperkaya artikel dalam blog ini.

Terima kasih.

Abdul Cholik