21 April 2009

Sampahmu tanggung jawabmu

Tahun pertama Gerakan Disiplin Nasional diprioritaskan untuk memantapkan budaya tertib, budaya bersih dan budaya kerja. Dari hasil pengamatan, tahun pertama itu hasilnya belum tampak.

Budaya bersih juga belum tertanam di hati masyarakat. Gerakan Jum’at Bersih hanya bergema beberapa bulan, setelah itu lenyap, sepi. Pengumuman berbunyi ” Dilarang buang sampah sembarangan ” yang dipasang diberbagai tempat plus kotak sampah lebih banyak nganggur. Masyarakat lebih senang membuang sampah ditempat. Lihatlah Monas, sampah masih berserakan sisa orang-orang yang merokok, makan nasi bungkus, botol air menieral.
Mungkin mereka beranggapan ” Itu kan jatahnya Petugas Kebersihan.

Tetapi rasanya tidak adil kalau kita hanya melihat ketidak berhasilan suatu gerakan karena segi positifnya pasti sudah ada.
Sebuah perkampungan diwilayah Cilandak Barat , Jakarta Selatan dinilai oleh Unesco sebagai kawasan yang ramah lingkungan. Perkampungan ini memang tergolong bersih. Jalan yang ada diwilayah itu bebas dari sampah karena warganya rajin membuangnya ditempat yang telah disediakan. Jika ada sampah yang tercecer di jalan sudah dipastikan bahwa sampah itu berasal dari pendatang. Warganyapun memanfaatkan pekarangannya dengan menanam toga ( tumbuhan obat keluarga) Alhasil kampung itu menjadi teladan bagi kampung-kampung lainnya.

Warga kampung Banjarsari- Cilandak Barat itu barangkali ada yang belum pernah mendengar kampanye Gerakan Disiplin Nasional. Tetapi mereka mempunyai keinginan yang baik untuk hidup sehat ,bersih dan adanya kesadaran tentang bahaya banjir yang setiap saat mengancam mereka. Membuang sampah ditempat yang tepat adalah pekerjaan remeh, sepele dan sederhana. Tak perlu dibuat definisi yang panjang lebar. Yang diperlukan hanya kemauan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar